Ilmuwan Muslim
Klasik
Oleh: kelompok
8
(Muhammad Qudrat S. Ahmad Murdani. Nur Habibah. Sumondang Marito H.
Jainuddin Dai)
A.
Imam Syafi’i
Imam Syafi’i
adalah imam yang ketiga, dengan nama lengkapnya adalah Abdullah Muhammad ibn
Idris ibn Abbas ibn Usman ibn Syafi’i asy-Syafi’i, atau lebih dikenal dengan
nama Imam Syafi’i. pendiri Mazhab Fiqh
Syafi’i, termasuk golongan suku Quraisy, seorang Hasyim dan keluarga jauh Nabi.
Ia lahir di Ghaza pada tahun 767 M. kehilangan ayahnya ketika ia masih
kanak-kanak, dan dibesarkan oleh ibunya dalam kemiskinan.
Ia menghafal
kitab suci Alquran di Mekkah. Karena bergaul lama dengan orang badui, dasar
pengetahuan puisi Arab kunonya sangat kuat. Ia belajar Hadis dan Fiqh dari
Muslim Abu Khalid al-Zinyi, dan sufyan ibn Uyaina. Ia hafal kitab Muwatta pada
usia 13 tahun. Waktu umurnya 20 tahun, ia menemui Imam Malik ibn Anas di
Medina, dan mengucapkan Muwatta, di depan Imam itu dan ini amat dihargai
oleh sang Imam. Ia tinggal bersama Imam Malik sampai pada akhir hayat Imam Malik
tersebut, tahun 795 M.
Pada 804 M, ia
berangkat ke Suriah dan Mesir melalui Harran. Di Mesir kedatangannya
dielu-elukan para murid Imam Malik. Ia mengajar Fiqh selama enam tahun di Cairo
dan kembali ke Baghdad pada tahun 810 M, tempat ia sukses sebagai guru. Banyak
ilmuan Irak yang menjadi muridnya. Pada tahun 814 M, ia pulang ke Mesir, tetapi
karena ada kerusuhan ia terpaksa berangkat ke Mekkah.
Ia balik lagi
ke Mesir pada tahun 815/816 M, dan seterusnya bermukim disitu. Ia wafat pada
tanggal 20 Januari 820 M. (29 Rajab 204 H.) dan dimakamkan di pemakaman Bani
Abd. al-Hakim di fustat dengan perkabungan yang menyeluruh. Makamnya dibangun
oleh penguasa Ayubiah al-Malik al-Kamil pada tahun 1211/12 M, dan menjadi
tempat berkunjung para peziarah.
Menurut Encyclopedia
of Islam, as-Syafi’i dapat digambarkan sebagai seorang penimbang yang baik
sehingga menjadi penengah antara peneliti data hukum yang beraliran bebas dan
ahli Hadis. Ia tidak saja menelaah data hukum yang ada, tetapi dalam Risalahnya
ia juga menyelidiki prinsip dan metode Fiqh. Ia dianggap sebagai pendiri Usul
al-Fiqh. Berbeda dengan kaum Hanafi, ia mencoba meletakkan aturan-aturan
umum Qiyas, namun ia tidak menyentuh Istihsan. Prinsip Ishtibah tampaknya
diperkenalkan untuk pertama kali oleh angkatan Syafi’i yang lebih muda. Dalam
as-Syafi’i dapat dibedakan dua era kreatif, yaitu era awal (Irak), dan era
belakangan (Mesir).
Dalam karya
tulisnya ia memanfaatkan dialog dengan baik. Ia menguraikan prinsip-prinsip
Fiqh dalam ar-Risalah, dan mencoba menjembatani Fiqh Hanafi dan Maliki.
Himpunan tulisan dan ceramahnya di Kitabul Umm merupakan bukti
kecendekiawanannya.
Ia memusatkan
kegiatannya di Baghdad dan Cairo. Di atas segalanya menaati Alquran, kemudian
Sunnah. Hadis yang paling shahih diberikannya pertimbangan yang sama seperti
Alquran. Ia termasyhur di antara para ahli Hadis, dan penduduk Baghdad
menamakannya Nazir-us-Sunnah (eksponen Hadis).
Ajaran Imam
Syafi’i meluas dari Baghdad dan Cairo sampai ke seluruh Mesir, Irak, dan Hejaz.
Muridnya yang terkemuka ialah al-Muzani, al-Buwaiti, al-Rabib Sulaiman,
al-Maradi, al-Zafarani Abu Thawi, al-Humaidi, Ahmad ibn Hanbal, dan
al-Karabisi. Dan pada abad ketiga dan keempat, penganut kaum Syafi’i semakin
banyak di Baghdad dan Cairo. Pada abad keempat, Mekkah dan Madinah menjadi
pusat ajaran Syafi’i, di samping Mesir.
Sebelum
kekuasaan Ottoman, kaum Syafi’i paling unggul di pusat wilayah Islam. Selama
awal abad ke-16 M, Ottoman mengganti Syafi’i dengan Hanafi. Walau
begitu, ajaran Syafi’i tetap unggul di Mesir, Suriah, Hejaz, dan masih banyak
dipelajari di Universitas al-Azhar, Cairo. Fiqh Syafi’i masih banyak dianut
oleh Muslimin di Arab Selatan, Bahrain, Kepulauan Melayu, sbagian Afrika Timur,
dan Asia Tengah.
B.
Bukhari
Di dunia ini
tidak banyak manusia yang diberikan ingatan yang kuat. Salah satu dari yang
sedikit itu ialah Imam Bukhari, ahli Hadis terbesar yang dihasilkan oleh dunia
Islam. Ia konon dapat mengingat sejuta Hadis terinci sampai kepada berbagai
sumber dan perawi setiap Hadis yang pernah didengarnya. Shahi Bukhari diterima
secara umum sebagai himpunan hadis Nabi yang shahih.
Abu Abdullah
Muhammad ibn Ismail, terkenal kemudian sebagai Imam Bukhari, lahir di Bukhara
pada 13 Shawal 194 H (21 Juli 810 M), cucu seorang Persia bernama Bradizbat.
Tak lama
setelah bayi yang baru lahir itu membuka matanya, ia pun kehilangan
pengelihatannya. Ayahnya amat bersedih hati. Ibunya yang saleh menangis dan
berdoa kepada Tuhan, memohon agar bayinya bisa melihat kembali. Kemudian, dalam
tidurnya, perempuan itu bermimpi didatangi Nabi Ibrahim yang berkata:
“Bergembiralah, doamu dikabulkan Tuhan”. Ketika ia terjaga, pengelihatan
bayinya pulih kembali. Ayahnya meninggal waktu ia masih kanak-kanak, dan ia
lalu dibesarkan oleh ibunya ternama dan berbudi luhur.
Ia mulai
mempelajari Hadis pada usia 11 tahun, mengunjungi berbagai kota suci waktu
berumur 16 tahun bersama ibu dan abang sulungnya. Di Mekkah dan Madinah ia
mengikuti kuliah para guru besar Hadis. Usianya baru 18 tahun ketika ia telah
menulis sebuah buku, Kazayai Sahaba wa Tabain.
Abangnya yang
tertua, Rasyid ibn Ismail menuturkan, pernah Bukhari muda dan beberapa murid
lainnya mengikuti kuliah dan ceramah cendekiawan Balkh. Tidak seperti murid
lainnya, Bukhari tak pernah membuat catatan kuliah. Ia dicela membuang waktu
dengan percuma karena tidak mencatat. Bukhari diam tidak menjawab. Pada suatu
hari, karena merasa kesal terhadap celaan yang terus-menerus itu, Bukhari
meminta kawan-kawannya membawa catatan mereka. Tercenganglah mereka semua
karena Bukhari ternyata hapal di luar kepala 15.000 Hadis, lengkap terinci
dengan keterangan yang tidak sempat mereka catat.
Kemudian ia pun
memulai studi perjalanan dunia Islam
selama 16 tahun. Dari kurun waktu ini lima tahun digunakannya di Basra,
mengunjungi Mesir, Hejaz, Kufa dan Baghdad beberapa kali dan berkelana mencari
ilmu ke seluruh Asia Barat. Sepanjang perjalanan ia merawi Hadis dari 80.000
perawi, dan berkat ingatannya yang kuat ia dapat menghapal Hadis sebanyak itu
lengkap dengan sumbernya, sampai pada satu saat ia berpeluang menuliskannya.
Ketenaran
Bukhari segera mencapai bagian dunia Islam yang jauh, dan kemana pun ia pergi
ia selalu dielu-elukan. Masyarakat heran dan kagum akan ingatannya yang luar
biasa. Banyak cendekiawan dan orang saleh di seluruh dunia Islam menjadi murid
Imam Bukhari. Dalam kelompok ini termasuk Sheikh Abu Zarah Abu Hatim Tarmizi,
Muhammad ibn Nasr, Ibn Hazima, dan Imam Muslim.
Imam Bukhari
tidak saja mencurahkan seluruh inteligensi dan daya ingatannya yang luar biasa
itu pada karya tulisnya yang terpenting, Shahih Bukhari, tetapi juga
melaksanakan tugas itu dengan dedikasi dan kesalehan. Ia selalu mandi dan
berdoa sebelum menulis buku itu. Sebagian buku tersebut ditulisnya di sampan
makan Nabi di Madinah.
Karya
monumentalnya, al-Jami-al-Sahih, yang terkenal sebagai Shahih
Bukhari, mengukuhkan reputasinya sebagai ahli Hadis Islam terbesar. Kitab
itu diakui sebagai bahan sumber yang paling shahih mengenai sunnah.
Imam Bukhari
menulis kira-kira dua lusin buku agama lainnya tentang filosofi Islam dan
sejarah. Tetapi karya terbesarnya ialah Shahih Bukhari, yang ratusan
buku penjelasan dan terjemahannya telah diterbitkan dalam berbagai bahasa
selama lebih dari seribu tahun. Buku itu dihormati dan diakui sebagai buku
penting dan utama setelah Alquran di dunia Islam.
C.
al-Khawarizmi
dari semua
pemikir besar yang telah memperkaya berbagai cabang ilmu pengetahuan, kedudukan
Muhammad ibn Musa Khawarizmi sangat menonjol pada permulaan era Islam. Menjadi
salah seorang ilmuan terbesar sepanjang masa, dan yang paling besar pada
zamannya, al-Khawarizmi juga seorang jenius yang mahir dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan, dan banyak menyumbangkan karta abadinya dalam Matematika,
Musik, Geografi,dan Sejarah. al-Khawarizmi merupakan tokoh utama pada awal
sejarah Matematika Arab, tulisan Phillip K. Hitti dalam bukunya yang
termasyhur, The History of the Arabs. Sebagai seorang di antara pemikir
Islam terbesar, pengaruh ajaran matematikanya tersebar melampaui penulis abad
pertengahan mana pun juga.
Muhammad ibn
Musa al-Khawarizmi dilahirkan di Khawarizmi (Khiva Modern), yang terletak di
bagian bawah dataran Amu Darya. Para leluhurnya berimigrasi dari tempat asal
mereka dan menetap di Qutrubulli, sebuah distrik di bagian barat Baghdad. Masa
mudanya tidak banyak diketahui. Menurut H. Seter, dia wafat pada sekitar tahun
803-847, sedangkan C.A. Nallino lebih tegas memperkirakan tahun kematiannya
pada tahun 846-847. al-Khawarizmi segera menduduki posisi penting di Darul
Hikmah yang didirikan al-Ma’mun, khalifah Abbasiyah yang terkenal itu. Dia
dipercaya bergabung dengan para penyelidik astronomi yang dipimpin dan
dilindungi Khalifah yang berbakat itu.
Sebagai seorang
matematikawan, al-Khawarizmi meninggalkan jejak yang tidak ternilai pada
lembaran sejarah ilmu matematika. Tidak disangsikan lagi dialah seorang di
antara matematikawan terbesar dan paling orisinil yang pernah dihasilkan dunia.
Dibandingkan dengan daftar susunan astronomi kuno, hasil karyanya sangat
berbeda, baik dalam ilmu hitung kuno, maupun aljabar. Mengomentari karyanya
yang paling gemilang tentang aljabar, Hisab al-jabar wal Muqaballa, pengarang
The History of Arabs mengatakan: diterjemahkan pada abad ke-12 ke dalam
bahasa latin oleh Gerard dari Cremona, karya al-Khawarizmi telah digunakan
hingga abad ke-16 sebagai buku teks utama matematika di universitas-universitas
di Eropa dan bersamaan dengan itu, karya-karya al-Khawarizmi juga berjasa dalam
memperkenalkan angka-angka Arab yang disebut Algorisme, ke dunia Barat. Karya
al-Khawarizmi mempengaruhi para matematikawan termasyhur lainnya, seperti Umar
Khayam, Leonardo Fibonacci adri Pisa, dan Jacob dari Florence.
al-Khawarizmi
merupakan orang pertama yang menjelaskan kegunaan angka-angka, termasuk angka
nol. Melalui dialah eropa belajar menggunakan angka nol atau nihil, yang
pemakaiannya memudahkan penerapan berhitung dalam kehidupan sehari-hari.
al-Khawarizmi adalah
pengarang Hisab al-Jabr wal Muqabla, sebuah buku pelajaran yang
berharga, berisikan uraian dan penjelasan tentang persamaan linier dan kuadrat.
Ia dianggap istimewa sebagai salah seorang penemu aljabar, karena
keberhasilannya memajukan cabang ilmu ini hingga mencapai puncaknya. Bukunya
yang terkenal memuat kalkulasi integrasi dan persamaan yang diajukan melalui
lebih dari 800 contoh. Dia pula yang memperkenalkan tanda-tanda negatif, yang
sebelumnya tidak dikenal di Arab, disertai penjelasan dengan enam contoh yang
berbeda. Dialah yang menerangkan geometrik, dengan angka-angka untuk persamaan
kuadrat, misalnya, X =39,
yang oleh Chester merupakan orang pertama yang menerjemahkan karya ini ke dalam
bahasa Latin, pada tahun 1145, yang sekaligus memperkenalkan al-jabar kebenua
Eropa.