BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keimanan selanjutnya setelah al-mabda’ yaitu mempelajari keimanan kepada
mahkluk Allah yang memperantarai kita untuk beriman kepada-Nya. Seperti yang
kita ketahui bahwasannya Allah telah menciptakan mahluk yang bernama malaikat.
Tentunya Allah menciptakan sesuatu pasti ada maksudnya, begitupun penciptaan malaikat.
Malaikat adalah mahluk gaib yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala manusia.
Telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwasannya para malaikat memiliki tugas-tugas
tertentu. Allah memerintahkan manusia untuk beriman kepada malaikat.
Salah satu tugas malaikat yaitu menyampaikan wahyu Allah kepada para
nabi dan rasul. Nabi dan rasul adalah manusia pilihan Allah yang ditugaskan
untuk memperbaiki ahklaq umat manusia di dunia ini. Manusia diciptakan dengan
tujuan untuk menyembah Allah. Cara-cara penyembahan manusia kepada Allah
dijelaskan oleh para Nabi dan Rasul. Akan tetapi seiring berjalannya waktu
manusia sering lalai dan menyimpang dari
ajaran Nabi dan Rasul, karena manusia adalah mahluk Allah yang sering
lupa dan berbuat salah. Oleh karena itu harus ada yang mengingatkan dan
membimbing manusia agar terhindar dari penyimpangan, nah inilah tugas dari Nabi
dan Rasul.
Dalam menyampaikan dakwahnya para Nabi dan Rasul dibekali oleh Allah dengan
kitab suci. Kitab-kitab suci ini berisikan ajaran-ajaran untuk mengesakan Allah
dan tuntunan dalam berhubungan dengan dengan sesama mahluk Allah. Dengan
mengimani dan mengamalkan isi kandungan dari kitab-kitab Allah manusia akan
hidup bahagia di dunia dan akhirat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian, sifat, dan tugas Malaikat?
2.
Apakah pengertian, sifat, dan tugas para Nabi
dan Rasul?
3.
Apa sajakah kitab-kitab Allah yang wajib kita
imani?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dibahas
dalam Al-Washitha
2. Untuk mengetahui apa itu Malaikat, Nabi dan Rasul, serta
Kitab-kitab Allah
3.
Untuk
menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca seputar Al-Washitha
D.
Ruang Lingkup
1.
Makalah
ini hanya membahas tentang Al-Washitha
2.
Pembahasan
Al-Washitha dalam makalah ini adalah Malaikat, Nabi dan Rasul, serta Kitab-Kitab
Allah
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Washitha
artinya adalah “pertengahan” atau “perantara” yang dijadikan Allah swt. Dalam
menyampaikan peraturan-peraturan kepada ummat manusia. Karena itu, yang
termasuk dalam pembahasan Al-Washitha ini ada tiga, yaitu Malaikat, Nabi dan
Rasul, serta Kitab-kitab Allah
A.
Malaikat
1.
Pengertian Malaikat
Malaikat ialah bahwasanya kita meng’itikatkan atau meyakini
bahwasanya malaikat itu ada dan bahwa mereka adalah hamba yang dimuliakan dan
mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah dengan apa yang diperintahkan dan
memperbuat apa yang diperintahkan oleh Allah swt.
Malaikat itu tidak sama dengan manusia dalam sifat-sifat dan
pekerjaannya, bukan laki-laki dan bukan pula perempuan, tidak makan dan tidak
pula minum, dan dalam keadaan biasa tidak pula dapat dilihat dengan mata
kepala.
Mereka menjadi pesuruh Allah, guna mengurusi apa saja yang di
perintahkan. Mereka itu tidak pernah melanggar perintah, ataupun merasa bosan
atau penat menjalankan perintah Tuhan, sebagaimana manusia hidup tidak merasa
payah dan lelah dalam bernafas setiap waktu, karena memang dijadikan demikian.
Kita tidak dapat member sifat-sifat kepada Malaikat itu selain yang
diterangkan oleh Allah dan Rasulnya. Kita tidak diwajibkan mengetahui hakekat
dzat Malaikat itu. Cukuplah kita mempercayai adanya, dengan sifat-sifat yang
tersebut di dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an mengemukakan bahwa Malaikat itu ada. Diantaranya dalam
Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 136:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ
وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ
مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ
وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ
ضَلَالًا بَعِيدًا
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab
yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
Demikian juga dalam hadis-hadis Rasul dikemukakan bahwa Malaikat
itu ada. diantara hadis Rasul yang mengemukakan adanya Malaikat itu adalah:
“Ya Allah, Tuhan Jibril dan Mikail dan Israfil, Tuhan yang
menciptakan tujuh petala langit dan bumi, Tuhan yang Maha Mengetahui akan yang
ghaib-ghaib dan yang nyata, Engkau-lah yang menghukum diantara hamba-Mu,
tentang apa-apa yang diperbantahkan mereka. Tunjukilah aku tentang apa-apa yang
diperbantahkan padanya itu, daripada kebenaran dengan izin-Mu, Engkau,
Engkau-Lah yang menunjuki akan orang-oramg yang engkau kehendaki kepada jalan
yang lurus.” (H.R. Muslim).
2.
Kejadian Malaikat
Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Nabi pernah berkata:
“Dijadikan Malaikat itu dari pada cahaya (Nur), dan dijadikan Jin
itu daripada lidah api (Nar), dan dijadikan Manusia dari pada yang telah
diceritakan bagi kamu.” (H.R. Ahmad
dan Muslim).
3.
Sifat Malaikat Senantiasa Taat
Malaikat tidak ada yang durhaka. Mereka semuanya taat. Tidak
berbuat dosa, tidak membantah tugasnya, amanah dalam menjalankan tugasnya, justru
karena itulah, mereka dibebani Tuhan dalam urusan-urusan yang besar dan yang
berat yang tidak dapat dikerjakan Manusia.
a.
Malaikat
Tidak Pernah Sombong
Sesuai dengan firman Allah dalam
Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 49
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا
فِي الْأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di
langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang
mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.”
b.
Malaikat
Senantiasa Patuh Kepada Allah
Sesuai dengan firman Allah dalam
Al-Qur’an surat Al-Anbiyaa ayat 26-27
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ۗ
سُبْحَانَهُ ۚ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ
بِأَمْرِهِ
يَعْمَلُونَ
“Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah
mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya
(malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, Mereka itu tidak
mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.”
c.
Malaikat
Senantiasa Bertasbih Kepada Allah
Sesuai dengan
firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiyaa ayat 20
يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا
يَفْتُرُونَ
“Mereka selalu bertasbih malam dan
siang tiada henti-hentinya.”
4.
Jumlah Malaikat
Hanya Allah yang mengetahui jumlah dan jenis Malaikat. Tetapi
sebagai seorang Muslim, wajib mengetahui nama-nama dan tugas-tugas dari sepuluh
Malaikat tersebut yaitu:
a.
Jibril
Jibril
adalah malaikat yang ditugaskan Allah swt. Untuk membawa wahyu atau menjadi
perantara bagi Allah dan Rasul-Rasulnya
b.
Mikail
Mikail
adalah Malaikat yang diserahi Tuhan untuk mengatur turunnya hujan dan membawa
Rizki kepada semua makhluk.
c.
Israfil
Israfil
adalah Malaikat yang diserahi Tuhan untuk meniup sangkakalaatau terompet
sebagai isyarat kematian dan bangkitnya Manusia dari kuburnya pada hari kiamat
nanti.
d.
Izrail
Malaikat
Izrail disebut juga Malakul Maut, karena tugasnya adalah mengambil nyawa setiap
makhlik hidup
e.
Raqieb
dan ‘Atied
Raqieb
adalah Malaikat yang diserahi tugas menuliskan kebaikan dan Atied adalah yang
diserahi tugas untuk menuliskan kejahatan Manusia.
f.
Munkar
dan Nakir
Munkar
dan Nankir adalah dua jenis Malaikat yang diserahi Tuhan untuk menanyai
seseorang yang telah meninggal didalam kuburnya.
g.
Ridwan
dan Malik
Ridwan
adalah Malaikat yang diserahi Tuhan tugas untuk menjaga Syurga dan Malaikat
Malik diserahi tugas untuk menjaga Neraka.
B.
Nabi dan Rasul Allah
1.
Pengertian Nabi dan Rasul
Nabi berasal dari kata “Naba” yang berarti pemberitahuan yang besar
faedahnya. Sedangkan dalam istilah Islam Nabi itu ialah manusia yang dipilih
Allah untuk menerima wahyu-Nya. Nabi dalam pengertian ini sama dengan
pengertian Rasul
Ada pendapat yang mengemukakan bahwa antara Nabi dan Rasul itu
berbeda: Nabi mendapatkan wahyu tapi tidak wajib menyampaikan ajaran itu kepada
manusia, sedangkan Rasul mendapatkan wahyu dan wajib menyampaikan ajaran itu
kepada ummatnya.
Pendapat lain ialah Nabi itu tidak membawa syari’at baru sedang Rasul
membawa syari’at. Yang jelas Al-Qur’an menggunakan kata Nabi dan kata Rasul
untuk orang yang sama, dan kadang-kadang menggunakan dua kata sekaligus.
Penggunaan kata Rasul dalam Al-Qur’an lebih umum dari pada nabi.
Nabi hanya ditujukan kepada manusia yang dipilih Allah dan kata Rasul juga
ditujukan untuk utusan Allah lainnya seperti Malaikat. Sesuai dengan firman
Allah dalam surat Faathir ayat 1:
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ
يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang
menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam
urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.
Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Adapun pengertian populer tentang Rasul dan Nabi itu adalah khusus
ditujukan kepada manusia yang dipilih Tuhan untuk mendapatkan wahyu-Nya.
Artinya malaikat sebagai utusan Allah tidak terbiasa disebut Rasul, walaupun
Al-Qur’an sendiri menggunakannya.
2.
Sifat-Sifat Nabi dan Rasul
Para rasul memiliki empat sifat
keistimewaan yang merupakan kelebihan mereka dari manusia lainnya dikenal
dengan sifat-sifat wajib Rasul. Yaitu:
Pertama, sifat benar atau siddiq. Seorang Rasul
selalu benar dalam perkataan dan perbuatannya. Mustahil dia berkata dusta.
Sebab semua manusia diwajibkan mengikuti segala tutur katanya, membenarkan dan
meniru sikap hidupnya.
Kedua, kepercayaan atau amanah. Seorang Rasul
mustahil khianat, baik mengkhianati manusia lebih-lebih mengkhianati tuhan. Dia
wajib menunaikan amanat yang dibebankan kepadanya berlaku jujur sekalipun harus
ditebus dengan jiwa raganya.
Ketiga menyampaikan atau tablig. Seorang
rasul mustahil menyembunyikan sesuatu tentang apa yang telah diwahyukan Tuhan
kepadanya. Segala perintah atau larangan Tuhan yang diterimanya sebagai wahyu
harus disampaikannya dengan haq kepada manusia, baik itu pahit atau dianggap
membahayakan dirinya, yang benar wajib disampaikannya.
Keempat, sifat kecerdasan atau fatonah.
Artinya seorang Rasul mustahil seorang yang bodoh atau lemah akalnya akan
tetapi dia wajib memiliki kekuatan berfikir dan kemampuan rasio yang tinggi.
Sebagai utusan Tuhan tentu sifat kecerdasan wajib dia miliki dalam mengemukakan
keterangan-keterangan dengan argumentasi-argumentasi yang jitu sehingga manusia
dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan dan diajarkannya.
3.
Jumlah Nabi dan Rasul
Tentang jumlah para Nabi dan Rasul
tidaklah diketahui secara pasti. Sebagian ulama berkata rasul itu berjumlah 313
orang, dan nabi berjumlah 124000 orang. Dari sekian banyak Nabi dan Rasul
tersebut, mayoritas memang tidak manusia ketahui.
Sebenarnya quran tidak pernah
menyebutkan jumlah mereka secara pasti. Nama-nama Nabi dan Rasul diabadikan
Allah dalam al-quran ada 25. Mereka adalah : Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim,
Luth, Ismail, Ishaq, Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun, Zulkifli, Daud,
Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, dan Muhammad SAW.
4. Tujuan Diutusnya Rasul ke Dunia
Seorang Rasul atau Nabi selain bertugas untuk
menyampaikan risalah Ilahi, juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan
contoh tauladan bagi ummatnya.
Menurut Al-Qur’an tugas dari setiap Rasul itu
adalah sama yaitu menyampaikan ajaran Allah yang sama yakni Tauhid, mengajarkan
kepada manusia bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan hendaknya manusia
menyembah hanya kepada-Nya. Diutusnya seorang Rasul adalah untuk memperbaiki
keadaan suatu ummat atau bangsa yang telah rusak dan menjadikan contoh (rahmat)
bagi bangsa-bangsa lain. Oleh karenanya setiap Rasul adalah pelanjut dari
Rasul-Rasul sebelumnya.
Maka oleh karena itu Al-Qur’an menyatakan
bahwa Nabi-Nabi yang terdahulu itu adalah muslim dan agama yang dibawanya
adalah Islam, seperti ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 84:
وَقَالَ مُوسَىٰ يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ
آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ
“Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah,
maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah
diri.”
untuk meratakan seluruh risalah tauhid kepada seluruh manusia di
alam ini, Allah mengutus Rasul-Rasul kepada setiap kaum, yang dipilih dari
antara anggota kaum itu sendiri. Karena itu tiap-tiap ummat itu ada rasulnya.
Namun demikian tugas mereka jelas ialah pelanjut dari tugas
Rasul-Rasul yang terdahulu yaitu menegakkan aqidah tauhid kepada ummat manusia.
Seperti dijelaskan dalam surat Al-Anbiyaa’
ayat 25 berikut:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ
إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan
Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.”
C.
Kitab-Kitab Allah
1.
Pengertian Kitabullah
Kitab dalam arti bahasa berarti sesuatu yang
ditulis. Kitab yang berarti perintah atau
ketentuan-ketentuan. Sehingga Kitabullah berarti perintah atau
ketentuan-ketentuan Allah.
Allah menurunkan wahyu berisi petunjuk-petunjuk suci kepada para
utusan-utusannya, petunjuk-petunjuk itu kemudian dihimpun menjadi kitab suci
yang dinamakan dengan Kitab-Kitab Allah.
Kitab-kitab itu berisi perintah dan larangan (Syari’at), janji baik
dan buruk, serta nasehat dan petunjuk cara hidup dan beribadat. Kita percaya
bahwa kitab-kitab itu bukan buatan makhluk. Artinya bukan karangan Rasul.
Tetapi benar-benar wahyu dari Allah semata-mata.
2.
Macam-Macam Kitabullah
a.
Taurat, kitab yang
diturunkan kepada Nabi Musa as.
Kitab Taurat berisi hukum-hukum Syari’at dan kepercayaan yang benar.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 53:
وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab
(Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar
kamu mendapat petunjuk”
b.
Zabur, kitab yang
diturunkan kepada Nabi Daudas.
Kitab Zabur berisi do’a-do’a, dzikir, nasehat dan hikmah-hikmah,
tidak ada didalamnya hukum syariat, karena Nabi Daud diperintahkan mengikuti
syariat Nabi Musa as. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 55:
وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَىٰ
بَعْضٍ ۖ
وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا
“Dan Tuhan-mu lebih
mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan
sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada
Daud.”
c.
Injil, kitab yang
diturunkan kepada Nabi Isa as.
Kitab Injil berisi seruan kepada manusia agar bertauhid kepada
Allah, menghapus sebagian dari hukum-hukum yang terdapat dalam kitab-kitab
Taurat yang tidak sesuai dengan zamannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat
Ali Imran ayat 3:
نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ
بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ
وَالْإِنْجِيلَ
“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan
Injil.”
d.
Al-Qur’an, kitab yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Kitab Al-Qur’an berisi syari’at yang menghapus sebagian isi
kitab-kitab yang terdahulu, yang sudah tidak sesuai dengan zamannya, dan juga
melengkapinya dengan hal-hal yang sesuai dengan zamannya. Allah berfirman dalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 2:
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ
فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa.”
3.
Kandungan Kitabullah
Isi Kitabullah mengandung:
a.
Ajaran
Tauhid (meng-Esakan Allah) bahwa manusia diwajibkan menyembah Allah dan berbuat
karena Allah.
b.
Ajaran
tentang hubungan manusia dengan manusia lainnya dan makhluk lainnya.
Sekalipun setiap muslim wajib Iman kepada semua Kitabullah, seorang
muslim hendaknya hati-hati karena Kitabullah Al-Qur’an yang dijamin
kemurniannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 9:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ
وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya.”
Secara lebih terperinci pandangan kitab Allah itu dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a.
Isi Kitab Taurat
Kitab Taurat sebagaiman yang
dikumpulkan dalam kitab Beibel antara lain terdiri dari 10 hukum (ten commandements)
1.
Tiada
Tuhan melainkan Allah
2.
Jangan
menyambah berhala
3.
Jangan
menyebut Allah dengan sia-sia
4.
Agar
menyucikan hari sabtu
5.
Agar
menghormati Ibu Bapak
6.
Jangan
membunuh
7.
Jangan
berzina
8.
Jangan
mencuri
9.
Jangan
bersaksi dusta
10.
Jangan
mengingini isteri orang lain
(Perjanjian Lama Kitab Ulangan 5: 6-21. Kel.20:1-7).
b.
Isi Kitab Zabur
Kitab Zabur (disebut Mazmur) sebagaiman
yang dikumpulkan dalam kitab Beibel antara lain ialah:
1.
Haleluya!
Pujilah Tuhan, Hai jiwaku!
2.
Aku
hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allah selagi aku
ada.
3.
Janganlah
percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan
keselamatan.
4.
Apabila
nyawanya melayang ia kembali ke tanah,
pada hari itu juaga lenyaplah maksud-maksudnya.
5.
Berbahagialah
orang yang mempunyai Allah Ya’qub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan
Allah nya.
c.
Isi Kitab Injil
Sebagaimana terdapat pada perjanjian baru (Beibel) antara lain
terdiri dari:
1.
Tetapi
kepada kamu yang mendengarkan aku, aku berkata: kasihilah musuhmu, berbuatlah
baik kepada orang yang membenci kamu.
2.
Mintalah
berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdo’alah bagi orang yang mencaci kamu.
3.
Barangsiapa
menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan
barang siapa yang mengambil jubahmu biarkan juga ia mengambil bajumu.
4.
Berilah
kepada setiap orang yang meminta kepadamu, dan janganlah meminta kembali kepada
orang yang mengambil kepunyaanmu.
5.
Dan
sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berbuat kepadamu berbuatlah juga
demikian kepada mereka.
d. Isi Kitab Al-Qur’an
Isi Kitab Al-Qur’an antara lain terdiri
dari:
1. Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir,
Qadha, dan Qadar, dan sebagainya.
2. Prinsip-prinsip Sya’riah, tentang ibadah khos (Shalat, Zakat, Puasa, Haji) dan
ibadah yang umum (perekonomian, pernikahan, hukum, dan sebagainya).
3. Janji dan ancaman seperti tentang janji kepada orang yang baik dan ancaman
kepada orang yang berbuat dosa.
4. Sejarah seperti tentang Nabi-nabi yang terdahulu, masyarakat, dan bangsa
terdahulu.
5. Ilmu pengetahuan seperti mengenai ilmu ketuhanan dan agama, hal-hal yang
menyangkut manusia, masyarakat yang berhubungan dengan alam.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Malaikat adalah mahluk Allah yang
keberadaan dan tugas-tugasnya telah diinformasikan oleh Allah swt. dalam
al-Qur’an. Kita wajib mengimaninya dan tidak perlu mengetahui hak-haknya,
kecuali apa yang sudah diterangkan dalam Al-Qur’an. Pengetahuan mengenai
hakikat Malaikat sepenuhnya diserahkan pada Allah swt. mereka adalah hamba yang
Allah yang mulia, tidak pernah durhaka,
tidak maksiat, dan tidak pernah menentang Allah.
Mereka tidak mempunyai hawa nafsu
sepertti manusia. Oleh karena itu mereak tidak makan, tidak minum, dan tidak
menikah.
Nabi dan Rasul adalah seorang laki-
laki yang diberi wahyu oleh Allah swt. namun perbedaannya kalau Nabi tidak
berkewjiban menyampaikan wahyu kepada
manusia, sedangkan para Rasul diberi tugas untuk menyampaikan wahyu kepada
manusia. Para Rasul bertugas mengajak manusia untuk menyembah Tuhannya dengan
pengetahuan yang haq. Bertugas mengajar manusia tentang akidah dan ibadat
menurut garis tuhan. Menuntun manusia dalam hidup duniawi dan menyucikan
rohaninya, bebas dari perbudakan hawa nafsu, agar menjadi manusia berakhlaq mulia.
Kitab Allah yang wajib kita imani
ada 4 yaitu, al-Qur’an, zabur, taurat, dan injil. Kitab tersebut berisi tentang
ajaran ketauhidan dan lain-lain. Oleh karena itu, menurut sistem keyakinan
Islam, setiap orang mukallaf wajib mengimani kitab-kitab yang diturunkan Tuhan
kepada pada para Rasul-Nya. Akan tetapi sekarang hanya kitab Al-Qur’an sajalah
yang isinya masih asli.
Keimanan dan pengetahuan tentang
Malaikat, Nabi dan Rasul, serta Kitab-kitab Allah adalah jalan penghubung kita
untuk bisa beriman kepada Allah dengan sebaik-baiknya.
B.
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki, untuk
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah
di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman.
Al-Aqaid Ad-Diniyyah. Semarang. Mutiara Usaha Jaya
Abbas, Siradjuddin. 2005. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.
Jakarta. Pustaka Tarbiyah Baru
Dep.
Agama RI., 1986. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Bumi Restu
Purba, Hadis dan Salamuddin. 2016. Theologi Islam Ilmu Tauhid.
Medan. Perdana Publishing
Zarkasyi,
Imam. 1955. Usuluddin (Aqa’id). Gontor Ponorogo: Trimurti
hanya sekedar berbagi ilmu
BalasHapus