Selamat Datang di Blog Saya

Kamis, 13 Juli 2017

AL-WASHITHA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
      Keimanan selanjutnya setelah al-mabda’ yaitu mempelajari keimanan kepada mahkluk Allah yang memperantarai kita untuk beriman kepada-Nya. Seperti yang kita ketahui bahwasannya Allah telah menciptakan mahluk yang bernama malaikat. Tentunya Allah menciptakan sesuatu pasti ada maksudnya, begitupun penciptaan malaikat. Malaikat adalah mahluk gaib yang tidak bisa dilihat dengan mata kepala manusia. Telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwasannya para malaikat memiliki tugas-tugas tertentu. Allah memerintahkan manusia untuk beriman kepada malaikat.
      Salah satu tugas malaikat yaitu menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi dan rasul. Nabi dan rasul adalah manusia pilihan Allah yang ditugaskan untuk memperbaiki ahklaq umat manusia di dunia ini. Manusia diciptakan dengan tujuan untuk menyembah Allah. Cara-cara penyembahan manusia kepada Allah dijelaskan oleh para Nabi dan Rasul. Akan tetapi seiring berjalannya waktu manusia sering lalai dan menyimpang dari  ajaran Nabi dan Rasul, karena manusia adalah mahluk Allah yang sering lupa dan berbuat salah. Oleh karena itu harus ada yang mengingatkan dan membimbing manusia agar terhindar dari penyimpangan, nah inilah tugas dari Nabi dan Rasul.
      Dalam menyampaikan dakwahnya para Nabi dan Rasul dibekali oleh Allah dengan kitab suci. Kitab-kitab suci ini berisikan ajaran-ajaran untuk mengesakan Allah dan tuntunan dalam berhubungan dengan dengan sesama mahluk Allah. Dengan mengimani dan mengamalkan isi kandungan dari kitab-kitab Allah manusia akan hidup bahagia di dunia dan akhirat.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian, sifat, dan tugas Malaikat?
2.      Apakah pengertian, sifat, dan tugas para Nabi dan Rasul?
3.      Apa sajakah kitab-kitab Allah yang wajib kita imani?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui apa yang dibahas dalam Al-Washitha 
2.      Untuk mengetahui apa itu Malaikat, Nabi dan Rasul, serta Kitab-kitab Allah
3.      Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca seputar Al-Washitha

D.    Ruang Lingkup
1.      Makalah ini hanya membahas tentang Al-Washitha
2.      Pembahasan Al-Washitha dalam makalah ini adalah Malaikat, Nabi dan Rasul, serta Kitab-Kitab Allah
BAB II
PEMBAHASAN

Al-Washitha artinya adalah “pertengahan” atau “perantara” yang dijadikan Allah swt. Dalam menyampaikan peraturan-peraturan kepada ummat manusia. Karena itu, yang termasuk dalam pembahasan Al-Washitha ini ada tiga, yaitu Malaikat, Nabi dan Rasul, serta Kitab-kitab Allah

A.    Malaikat
1.      Pengertian Malaikat
Malaikat ialah bahwasanya kita meng’itikatkan atau meyakini bahwasanya malaikat itu ada dan bahwa mereka adalah hamba yang dimuliakan dan mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah dengan apa yang diperintahkan dan memperbuat apa yang diperintahkan oleh Allah swt.
Malaikat itu tidak sama dengan manusia dalam sifat-sifat dan pekerjaannya, bukan laki-laki dan bukan pula perempuan, tidak makan dan tidak pula minum, dan dalam keadaan biasa tidak pula dapat dilihat dengan mata kepala.
Mereka menjadi pesuruh Allah, guna mengurusi apa saja yang di perintahkan. Mereka itu tidak pernah melanggar perintah, ataupun merasa bosan atau penat menjalankan perintah Tuhan, sebagaimana manusia hidup tidak merasa payah dan lelah dalam bernafas setiap waktu, karena memang dijadikan demikian.
Kita tidak dapat member sifat-sifat kepada Malaikat itu selain yang diterangkan oleh Allah dan Rasulnya. Kita tidak diwajibkan mengetahui hakekat dzat Malaikat itu. Cukuplah kita mempercayai adanya, dengan sifat-sifat yang tersebut di dalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an mengemukakan bahwa Malaikat itu ada. Diantaranya dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 136:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ
 مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
Demikian juga dalam hadis-hadis Rasul dikemukakan bahwa Malaikat itu ada. diantara hadis Rasul yang mengemukakan adanya Malaikat itu adalah:
“Ya Allah, Tuhan Jibril dan Mikail dan Israfil, Tuhan yang menciptakan tujuh petala langit dan bumi, Tuhan yang Maha Mengetahui akan yang ghaib-ghaib dan yang nyata, Engkau-lah yang menghukum diantara hamba-Mu, tentang apa-apa yang diperbantahkan mereka. Tunjukilah aku tentang apa-apa yang diperbantahkan padanya itu, daripada kebenaran dengan izin-Mu, Engkau, Engkau-Lah yang menunjuki akan orang-oramg yang engkau kehendaki kepada jalan yang lurus.” (H.R. Muslim).
2.      Kejadian Malaikat
Dalam sebuah hadis diriwayatkan bahwa Nabi pernah berkata:
“Dijadikan Malaikat itu dari pada cahaya (Nur), dan dijadikan Jin itu daripada lidah api (Nar), dan dijadikan Manusia dari pada yang telah diceritakan bagi kamu.” (H.R. Ahmad dan Muslim).
3.      Sifat Malaikat Senantiasa Taat
Malaikat tidak ada yang durhaka. Mereka semuanya taat. Tidak berbuat dosa, tidak membantah tugasnya, amanah dalam menjalankan tugasnya, justru karena itulah, mereka dibebani Tuhan dalam urusan-urusan yang besar dan yang berat yang tidak dapat dikerjakan Manusia.
a.       Malaikat Tidak Pernah Sombong
Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 49
وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para ma]aikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri.”
b.      Malaikat Senantiasa Patuh Kepada Allah
Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiyaa ayat 26-27
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ۗ سُبْحَانَهُ ۚ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ لَا يَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ
 يَعْمَلُونَ
“Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak", Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan, Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.”



c.       Malaikat Senantiasa Bertasbih Kepada Allah
Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiyaa ayat 20

يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
“Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.”
4.      Jumlah Malaikat
Hanya Allah yang mengetahui jumlah dan jenis Malaikat. Tetapi sebagai seorang Muslim, wajib mengetahui nama-nama dan tugas-tugas dari sepuluh Malaikat tersebut yaitu:
a.       Jibril
Jibril adalah malaikat yang ditugaskan Allah swt. Untuk membawa wahyu atau menjadi perantara bagi Allah dan Rasul-Rasulnya
b.      Mikail
Mikail adalah Malaikat yang diserahi Tuhan untuk mengatur turunnya hujan dan membawa Rizki kepada semua makhluk.
c.       Israfil
Israfil adalah Malaikat yang diserahi Tuhan untuk meniup sangkakalaatau terompet sebagai isyarat kematian dan bangkitnya Manusia dari kuburnya pada hari kiamat nanti.
d.      Izrail
Malaikat Izrail disebut juga Malakul Maut, karena tugasnya adalah mengambil nyawa setiap makhlik hidup
e.       Raqieb dan ‘Atied
Raqieb adalah Malaikat yang diserahi tugas menuliskan kebaikan dan Atied adalah yang diserahi tugas untuk menuliskan kejahatan Manusia.
f.       Munkar dan Nakir
Munkar dan Nankir adalah dua jenis Malaikat yang diserahi Tuhan untuk menanyai seseorang yang telah meninggal didalam kuburnya.
g.      Ridwan dan Malik
Ridwan adalah Malaikat yang diserahi Tuhan tugas untuk menjaga Syurga dan Malaikat Malik diserahi tugas untuk menjaga Neraka.

B.     Nabi dan Rasul Allah
1.      Pengertian Nabi dan Rasul
Nabi berasal dari kata “Naba” yang berarti pemberitahuan yang besar faedahnya. Sedangkan dalam istilah Islam Nabi itu ialah manusia yang dipilih Allah untuk menerima wahyu-Nya. Nabi dalam pengertian ini sama dengan pengertian Rasul

Ada pendapat yang mengemukakan bahwa antara Nabi dan Rasul itu berbeda: Nabi mendapatkan wahyu tapi tidak wajib menyampaikan ajaran itu kepada manusia, sedangkan Rasul mendapatkan wahyu dan wajib menyampaikan ajaran itu kepada ummatnya.
Pendapat lain ialah Nabi itu tidak membawa syari’at baru sedang Rasul membawa syari’at. Yang jelas Al-Qur’an menggunakan kata Nabi dan kata Rasul untuk orang yang sama, dan kadang-kadang menggunakan dua kata sekaligus.
Penggunaan kata Rasul dalam Al-Qur’an lebih umum dari pada nabi. Nabi hanya ditujukan kepada manusia yang dipilih Allah dan kata Rasul juga ditujukan untuk utusan Allah lainnya seperti Malaikat. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Faathir ayat 1:
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۚ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Adapun pengertian populer tentang Rasul dan Nabi itu adalah khusus ditujukan kepada manusia yang dipilih Tuhan untuk mendapatkan wahyu-Nya. Artinya malaikat sebagai utusan Allah tidak terbiasa disebut Rasul, walaupun Al-Qur’an sendiri menggunakannya.
2.      Sifat-Sifat Nabi dan Rasul
Para rasul memiliki empat sifat keistimewaan yang merupakan kelebihan mereka dari manusia lainnya dikenal dengan sifat-sifat wajib Rasul. Yaitu:
Pertama, sifat benar atau siddiq. Seorang Rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatannya. Mustahil dia berkata dusta. Sebab semua manusia diwajibkan mengikuti segala tutur katanya, membenarkan dan meniru sikap hidupnya.
Kedua, kepercayaan atau amanah. Seorang Rasul mustahil khianat, baik mengkhianati manusia lebih-lebih mengkhianati tuhan. Dia wajib menunaikan amanat yang dibebankan kepadanya berlaku jujur sekalipun harus ditebus dengan  jiwa raganya.
Ketiga menyampaikan atau tablig. Seorang rasul mustahil menyembunyikan sesuatu tentang apa yang telah diwahyukan Tuhan kepadanya. Segala perintah atau larangan Tuhan yang diterimanya sebagai wahyu harus disampaikannya dengan haq kepada manusia, baik itu pahit atau dianggap membahayakan dirinya, yang benar wajib disampaikannya.
Keempat, sifat kecerdasan atau fatonah. Artinya seorang Rasul mustahil seorang yang bodoh atau lemah akalnya akan tetapi dia wajib memiliki kekuatan berfikir dan kemampuan rasio yang tinggi. Sebagai utusan Tuhan tentu sifat kecerdasan wajib dia miliki dalam mengemukakan keterangan-keterangan dengan argumentasi-argumentasi yang jitu sehingga manusia dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan dan diajarkannya.
3.      Jumlah Nabi dan Rasul
Tentang jumlah para Nabi dan Rasul tidaklah diketahui secara pasti. Sebagian ulama berkata rasul itu berjumlah 313 orang, dan nabi berjumlah 124000 orang. Dari sekian banyak Nabi dan Rasul tersebut, mayoritas memang tidak manusia ketahui.
Sebenarnya quran tidak pernah menyebutkan jumlah mereka secara pasti. Nama-nama Nabi dan Rasul diabadikan Allah dalam al-quran ada 25. Mereka adalah : Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya’kub, Yusuf, Ayyub, Syu’aib, Musa, Harun, Zulkifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, dan Muhammad SAW.
4.      Tujuan Diutusnya Rasul ke Dunia   
Seorang Rasul atau Nabi selain bertugas untuk menyampaikan risalah Ilahi, juga mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan contoh tauladan bagi ummatnya.
Menurut Al-Qur’an tugas dari setiap Rasul itu adalah sama yaitu menyampaikan ajaran Allah yang sama yakni Tauhid, mengajarkan kepada manusia bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan hendaknya manusia menyembah hanya kepada-Nya. Diutusnya seorang Rasul adalah untuk memperbaiki keadaan suatu ummat atau bangsa yang telah rusak dan menjadikan contoh (rahmat) bagi bangsa-bangsa lain. Oleh karenanya setiap Rasul adalah pelanjut dari Rasul-Rasul sebelumnya.
Maka oleh karena itu Al-Qur’an menyatakan bahwa Nabi-Nabi yang terdahulu itu adalah muslim dan agama yang dibawanya adalah Islam, seperti ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 84:
وَقَالَ مُوسَىٰ يَا قَوْمِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ فَعَلَيْهِ تَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُسْلِمِينَ

“Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.”
untuk meratakan seluruh risalah tauhid kepada seluruh manusia di alam ini, Allah mengutus Rasul-Rasul kepada setiap kaum, yang dipilih dari antara anggota kaum itu sendiri. Karena itu tiap-tiap ummat itu ada rasulnya.
Namun demikian tugas mereka jelas ialah pelanjut dari tugas Rasul-Rasul yang terdahulu yaitu menegakkan aqidah tauhid kepada ummat manusia. Seperti dijelaskan dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 25 berikut:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.”
C.    Kitab-Kitab Allah
1.      Pengertian Kitabullah
Kitab dalam arti bahasa berarti sesuatu yang ditulis. Kitab yang berarti perintah atau ketentuan-ketentuan. Sehingga Kitabullah berarti perintah atau ketentuan-ketentuan Allah.
Allah menurunkan wahyu berisi petunjuk-petunjuk suci kepada para utusan-utusannya, petunjuk-petunjuk itu kemudian dihimpun menjadi kitab suci yang dinamakan dengan Kitab-Kitab Allah.
Kitab-kitab itu berisi perintah dan larangan (Syari’at), janji baik dan buruk, serta nasehat dan petunjuk cara hidup dan beribadat. Kita percaya bahwa kitab-kitab itu bukan buatan makhluk. Artinya bukan karangan Rasul. Tetapi benar-benar wahyu dari Allah semata-mata.

2.      Macam-Macam Kitabullah
a.      Taurat, kitab yang diturunkan kepada Nabi Musa as.
Kitab Taurat berisi hukum-hukum Syari’at dan kepercayaan yang benar. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 53:  
وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk”
b.      Zabur, kitab yang diturunkan kepada Nabi Daudas.
Kitab Zabur berisi do’a-do’a, dzikir, nasehat dan hikmah-hikmah, tidak ada didalamnya hukum syariat, karena Nabi Daud diperintahkan mengikuti syariat Nabi Musa as. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 55:
وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَىٰ بَعْضٍ ۖ
وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا
“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud.”
c.       Injil, kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa as.
Kitab Injil berisi seruan kepada manusia agar bertauhid kepada Allah, menghapus sebagian dari hukum-hukum yang terdapat dalam kitab-kitab Taurat yang tidak sesuai dengan zamannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 3:
نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ
“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.”
d.      Al-Qur’an, kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Kitab Al-Qur’an berisi syari’at yang menghapus sebagian isi kitab-kitab yang terdahulu, yang sudah tidak sesuai dengan zamannya, dan juga melengkapinya dengan hal-hal yang sesuai dengan zamannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 2:
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.”
3.      Kandungan Kitabullah
Isi Kitabullah mengandung:
a.       Ajaran Tauhid (meng-Esakan Allah) bahwa manusia diwajibkan menyembah Allah dan berbuat karena Allah.
b.      Ajaran tentang hubungan manusia dengan manusia lainnya dan makhluk lainnya.
Sekalipun setiap muslim wajib Iman kepada semua Kitabullah, seorang muslim hendaknya hati-hati karena Kitabullah Al-Qur’an yang dijamin kemurniannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr ayat 9:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
Secara lebih terperinci pandangan kitab Allah itu dapat dikemukakan sebagai berikut:

a.      Isi Kitab Taurat
Kitab Taurat sebagaiman yang dikumpulkan dalam kitab Beibel antara lain terdiri dari 10 hukum (ten commandements)
1.      Tiada Tuhan melainkan Allah
2.      Jangan menyambah berhala
3.      Jangan menyebut Allah dengan sia-sia
4.      Agar menyucikan hari sabtu
5.      Agar menghormati Ibu Bapak
6.      Jangan membunuh
7.      Jangan berzina
8.      Jangan mencuri
9.      Jangan bersaksi dusta
10.  Jangan mengingini  isteri orang lain
(Perjanjian Lama Kitab Ulangan 5: 6-21. Kel.20:1-7).

b.      Isi Kitab Zabur
Kitab Zabur (disebut Mazmur) sebagaiman yang dikumpulkan dalam kitab Beibel antara lain ialah:
1.      Haleluya! Pujilah Tuhan, Hai jiwaku!
2.      Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allah selagi aku ada.
3.      Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan.
4.      Apabila nyawanya  melayang ia kembali ke tanah, pada hari itu juaga lenyaplah maksud-maksudnya.
5.      Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Ya’qub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan Allah nya.

c.       Isi Kitab Injil
Sebagaimana terdapat pada perjanjian baru (Beibel) antara lain terdiri dari:
1.      Tetapi kepada kamu yang mendengarkan aku, aku berkata: kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu.
2.      Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdo’alah bagi orang yang mencaci kamu.
3.      Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barang siapa yang mengambil jubahmu biarkan juga ia mengambil bajumu.
4.      Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu, dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu.
5.      Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berbuat kepadamu berbuatlah juga demikian kepada mereka.



d.      Isi Kitab Al-Qur’an
Isi Kitab Al-Qur’an antara  lain terdiri dari:
1.      Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir, Qadha, dan Qadar, dan sebagainya.
2.      Prinsip-prinsip Sya’riah, tentang ibadah khos (Shalat, Zakat, Puasa, Haji) dan ibadah yang umum (perekonomian, pernikahan, hukum, dan sebagainya).
3.      Janji dan ancaman seperti tentang janji kepada orang yang baik dan ancaman kepada orang yang berbuat dosa.
4.      Sejarah seperti tentang Nabi-nabi yang terdahulu, masyarakat, dan bangsa terdahulu.
5.      Ilmu pengetahuan seperti mengenai ilmu ketuhanan dan agama, hal-hal yang menyangkut manusia, masyarakat yang berhubungan dengan alam.  


















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Malaikat adalah mahluk Allah yang keberadaan dan tugas-tugasnya telah diinformasikan oleh Allah swt. dalam al-Qur’an. Kita wajib mengimaninya dan tidak perlu mengetahui hak-haknya, kecuali apa yang sudah diterangkan dalam Al-Qur’an. Pengetahuan mengenai hakikat Malaikat sepenuhnya diserahkan pada Allah swt. mereka adalah hamba yang Allah yang mulia, tidak  pernah durhaka, tidak maksiat, dan tidak pernah menentang Allah. Mereka tidak mempunyai hawa nafsu sepertti manusia. Oleh karena itu mereak tidak makan, tidak minum, dan tidak menikah.
Nabi dan Rasul adalah seorang laki- laki yang diberi wahyu oleh Allah swt. namun perbedaannya kalau Nabi tidak berkewjiban menyampaikan wahyu  kepada manusia, sedangkan para Rasul diberi tugas untuk menyampaikan wahyu kepada manusia. Para Rasul bertugas mengajak manusia untuk menyembah Tuhannya dengan pengetahuan yang haq. Bertugas mengajar manusia tentang akidah dan ibadat menurut garis tuhan. Menuntun manusia dalam hidup duniawi dan menyucikan rohaninya, bebas dari perbudakan hawa nafsu, agar menjadi manusia berakhlaq mulia.
Kitab Allah yang wajib kita imani ada 4 yaitu, al-Qur’an, zabur, taurat, dan injil. Kitab tersebut berisi tentang ajaran ketauhidan dan lain-lain. Oleh karena itu, menurut sistem keyakinan Islam, setiap orang mukallaf wajib mengimani kitab-kitab yang diturunkan Tuhan kepada pada para Rasul-Nya. Akan tetapi sekarang hanya kitab Al-Qur’an sajalah yang isinya masih asli.
Keimanan dan pengetahuan tentang Malaikat, Nabi dan Rasul, serta Kitab-kitab Allah adalah jalan penghubung kita untuk bisa beriman kepada Allah dengan sebaik-baiknya.
B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki, untuk kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. Al-Aqaid Ad-Diniyyah. Semarang. Mutiara Usaha Jaya
Abbas, Siradjuddin. 2005. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Jakarta. Pustaka Tarbiyah Baru
Dep. Agama RI., 1986. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Bumi Restu
Purba, Hadis dan Salamuddin. 2016. Theologi Islam Ilmu Tauhid. Medan. Perdana Publishing
Zarkasyi, Imam. 1955. Usuluddin (Aqa’id). Gontor Ponorogo: Trimurti


1 komentar:

Ilmuwan Muslim Klasik

Ilmuwan Muslim Klasik Oleh: kelompok 8 (Muhammad Qudrat S. Ahmad Murdani. Nur Habibah. Sumondang Marito H. Jainuddin Dai) A.     Im...