Selamat Datang di Blog Saya

Rabu, 31 Mei 2017

Kepemimpinan Pendidikan Islam

1.      Konsep Kepemimpinan Islam
Kepemimpinan merupakan tanggung jawab, bukan merupakan fasilitas tetapi kepemimpinan memerlukan pengorbanan dan melayani orang yang dipimpin. Di dalam Islam, arti pentingnya kepemimpinan antara lain ditegaskan dalam hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan tirmidzi dari Ibnu Umar, adapun hadisnya adalah sebagai berikut:
Artinya: Dari Ibnu Umar r.a. berkata, Rasulullah saw. Bersabda, kamu sekalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinanmu. Seorang Imam adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang ayah adalah pemimpin dan ia dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang Ibu adalah pemimpin dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang pembantu adalah pemimpin dan ia dimintai pertanggung jawabannya dalam mengurus harta dan kekayaan taunnya. Seorang anak adalah pemimpin dan ia dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya dalam menjaga harta benda ayahnya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. (H.R. Ahmadi).
Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa selama manusia masih merupakan makhluk sosial, mereka selalu ingin hidup bersama dalam masyarakat, maka setiap orang akan dituntut untuk mengambil perannya sebagai seorang pemimpin di masyarakatnya masing-masing baik dalam masyarakat yang primitif maupun modern. Masing-masing individu harus mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukannya, baik sebagai pemimpin resmi yang diangkat oleh kelompoknya maupun pemimpin alami, seperti dalam keluarga.
Menurut Hafidhuddin dan Hendri (2003: 199-194) ada beberapa istilah yang merujuk pada pengertian pemimpin, yaitu: pertama, umara yang sering juga disebut dengan ulul amri. Kedua, pemimpin yang disebut khadimul ummah (pelayan umat). Selain kata yang telah disebutkan sebelumnya ada istilah lain yang sering digunakan, seperti: amir, khalifah, sultan, dan bahkan imam.
Setelah menelusuri Al-Qur’an dan Hadis dapat diperhatikan bahwa ada empat sifat yang harus dipeuhi oleh seseorang pemimpin dirujuk kepada kepemimpinanpara nabi yang pada hakikatnya adalah pemimpin umatnya. Adapun empat sifat tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Ash-Shidq
Ash-Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap, dalam kepemimpinan berjuang melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Ash-Shidq adalah kata yang digunakan untuk mengungkapkan keberadaan sesuatu sesuai dengan kenyataan dalam kejadian dan kenyataan, dan kata ini juga digunakan untuk mengungkapkan sesuatu kejadian secara sempurna (Fathi, 2007:173). Dalam kepemimpinan ini sifat jujur merupakan modal utama untuk menciptakan kepemimpinan yang sukses. Karena dengan sifat jujur itu pemimpin akan dicintai oleh bawahannya. Dengan dicintai bawahannya maka pemimpin itu termasuk pemimpin yang sukses, karena ada empat criteria sukses yang digambarkan oleh Hafidhuddin dan Hendri (2003:125) yaitu: 1) pemimpin yang dicintai bawahannya; 2) pemimpin yang mampu menampung aspirasi bawahannya; 3) pemimpin yang suka bermusyawarah; 4) pemimpin yang tegas.

b.      Amanah
Amanah, berarti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalm keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang baik) dalam segala hal (Hafidhuddin dan Hendri, 2003:75). Pemimpin seharusnya memelihara sebaik-baiknya apa yang diserahkan kepadanya, baik amanah dari Allah swt. Maupun dari orang-orang yang dipimpinnya, sehingga tercipta rasa aman bagi semua kalangan. Berkaitanh dengan amanah bagi pemimpin dapat dilihat pada surat An-Nisa’: 59, yaitu sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Pada ayat diatas dikatakan bahwa ulil amri atau pejabat adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan orang lain. Dengan kata lain, pemimpin itu adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan rakyat. Jika ada pemimpin yang tidak mengurus kepentingan rakyat, maka ia bukanlah pemimpin. Dalam suatu perusahaan, jika ada direktur yang tidak mengurus kepentingan perusahaannya, maka itu bukan seorang direktur (Hafidhuddin dan Hendri, 2003:119-120). Pemimpin harus bertanggung jawab dalam melaksanakan amanah yang telah dibebankan kepadanya apabila pemimpin telah amanah dan bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan tanggung jawabnya, maka kepemimpinannya akan sukses karena dengan sifat amanah yang ditampilkan dari kejujuran, keterbukaan, dan pelayan yang optimal akan didukung sepenuhnya oleh bawahannya.  
c.       Fathanah
Fathanah, yaitu kecerdasan dalam kepemimpinan sifat cerdas dari seorang pemimpin akan melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan atau konflik yang muncul dalam kepemimpinannya. Konflik adalah sesuatu yang wajar dalam peruses kepemimpinan untuk itu diperlukan kepandaian dalam menghadapinya dan ketepatan dalam mengambil keputusan. Pada zaman Rasulullah saw. Melakukan ishlah (Hafidhuddin dan Hendri, 2003:193-194). Ishlah adalah salah satu cara menghadapi konflik supaya tidak berkepanjangan, dengan ishlah diharapkan konflik yang terjadi akan dapat diselesaikan.
                                                
d.      Tabligh
Tabligh, yaitu penyampaian yang jujur dan bertanggung jawab, atau dapat diistilahkan dalam kepemimpinan sebagai keterbukaan. Pola sifat tabligh ini dapat diterapkan sebagai cara komunnikasi dan dialog yang baik dalam tempat sesuai dengan kebutuhan dalam peruses kepemimpinan yang dilakukan model dialog Nabi Muhammad yang mengembangkan persahabatan, kedamaian antar umat manusia harus dipraktekkan dalam era globalisasi (Ludjito dkk., 2010:95).
Tabligh, berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tabligh, yang disampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif, dan persuasif akan menumbuhkan kemanusiaan yang semakin solid dan kuat (Hafidhuddin dan Hendri, 2003: 75). Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus memiliki sifat persuasif dan sabar sehingga dapat menciptakan situasi kepemimpinan yang aman dan damai. Pemimpin yang baik dan professional harus pandai memilih komunikasi yang tepat bagi bawahannya dimana dia dituntuk untuk sabar dalam bersikap dan berdialog atau komunikasi dengan hikmah.
2.      Unsur Kepemimpinan dalam Islam
Pemimpin adalah orang yang memiliki peran yang sangat pentting dalam sebuah organisasi. Kesuksesan tujuan organisasi sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan seorang pemimpin. Menurut Fathi(2009:144) ada beberapa unsure yang harus dimiliki seorang pemimpin, antara lain yaitu: a.Asy-Syura, b.Al-Muru’ah, c.Al-Jud wa Al-Karam, d.Al-Jur’ahg fi Al-Haq, e.Ash-Shidq, f.Al-Intima’, g.At-Tafaul, h.Al-Marah Al-Mazah, i.At-Ta’aruf ala Thabi’ah Al-Mujatama’, j.I’dad Ash-Shaf Ats Tsani min Al-Qiyadah.
Unsur-unsur yang sangat urgen bagi pemimpin dalam kepemimpinan yang mesti dikuasai oleh seoarang pemimpin antara lain adalah sebagai berikut:
a.       Musyawarah
Islam telah menganjurkan muusyawarah dan memerintahkannya dalam banyak ayat dalam Al-Qur’an. Musyawarah merupakan suatu hal terpuji dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan Negara untuk mendapatkan hasil keputusan yang terbaik. Adapun ayat Al-Qur’an yang membicarakan musyawarah ini antara lain adalah surat Asy-Syura: 36-38 sebagai berikut:
فَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ * وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ * وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

Artinya: “Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia, dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka member maaf. Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka”.
Pada ayat diatas dapat dilihat bagaimana urgensi musyawarah dalam kehidupan. Sayyid Quttub mengatakan, “ayat-ayat ini menggambarkan beberapa kekhususan umat ini yang merupakan ciri khas mereka. Ayat tersebut diturunkan di Mekkah sebelum berdirinya Negara Islam Madinah. salah satu sifat dari umat Islam adalah seperti tertulis pada ayat “sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka”. Maka tidak mungkin diperintahkan melaksanakan musyawarah secara mendalam dalam kehidupan kaum Muslimin, apabila hanya sekedar untuk dijadikan undang-undang poilitik sebuah Negara (Fathi, 2009:145). Oleh sebab itu dalam peruses kepemimpinan dibutuhkan proses musyawarah sehingga keputusan yang diambil bukan keputusan sepihak kemudian dalam menjalankan hasil keputusan akan lebih mudah karena keputusan yang diambil adalah hasil keputusan bersama yang bersumber dari musyawarah.

b.      Keberanian dalam Kebenaran
Sifat berani dalam kebenaran merupakan kekuatan jiwa yang mengagumkan yang dimiliki seorang pemimpin sebagai buah dari keimanan hanya kepada Allah yang maha Esa, pendidikan dari lingkungan sekitarnya, kebenaran dari keyakinannya dan kemampuan yang dimilikinya (Fathi, 2009:166). Allah memuji orang-orang yang menyampaikan risalah Allah dan hanya takut kepadanya dan tidak takut kepada siapapun sebagiamana Allah sebutkan dalam surat Al-Ahzab ayat 39 sebagai berikut:
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا
Artinya: (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan”.
Pada ayat diatas Allah sebutkan bahwa orang yang takut kepada Allah tidak takut kepada siapapun karena Allah yang akan sebagai pembuat perhitungan. Berani menegakkan kebenaran termasuk akhlak yang terpuji bagi seorang pemimpin. Sifat ini digunakan pada saat member nasehat, petunjuk atau ketika untuk membenarkan kesalahan. Walaupun demikian, seorang pemimpin harus menunjukkan sikap tegas dan jujur memberikan keterangan tentang kesalahan anggotanya demi menanamkan kedisiplinan (Fathi, 2009:172). Oleh sebab itu seorang pemimpin yang bijaksana harus berani menegakkan kebenaran demi terciptannya kepemimpinan yang adail sehingga mendatangkan kesejahteraan bagi umat.

c.       Optimisme
Optimism adalah kekuatan jiwa yang positif dan efektif. Orang yeng bersifat optimisme akan melihat hari esok dengan senyum penuh harapan. Ia akan melangkah untuk meraih tujuan yang diidamkannya dengan berjiwa pemimpin yang pemberani, dengan psikologi seorang lelaki yang perkasa serta jauh dari rasa putus asa dan putus harapan (Fathi, 2009:187).
Sifat optimisme yang dimiliki oleh pemimpin akan menghindarkan dirinya dari sifat mudah berputus asa, dimana putus asa adalah sifat yang sangat merugikan dalam kepemimpinan. Allah swt. Berfirman dalam surat Ar-Rum: 36 tentang sifat orang yang berputus asa, yaitu sebagai berikut:
وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً فَرِحُوا بِهَا ۖ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ إِذَا هُمْ يَقْنَطُونَ
Artinya: “apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang telah dikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa”.
Berdasarkan ayat diatas disebutkan bahwa putus asa menimpa orang yang lemah dalam  pendirian dan tidak memiliki semangat pengorbanan. Oleh sebab itu, apabila seorang pemimpin ingin meraih hasil yang terbaik dari peruses kepemimpinanya pemimpin tidak boleh berputus asa.

3.      Kepemimpinan Pendidikan Islam
Pendidikan islam mengandung makna sebagai suatu sistem, yang dalam konteks pendidikan nasional merupakan sub-sistem. Sebagai sistem pendidikan Islam hanya berlaku di pondok-pondok pesantren dan lembaga pendidikan Islam lainnya yang memang sepenuhnya berlandaskan ajaran Islam, yang dengan keluarnya UUSPN juga harus berorientasi pada sistem pendidikan nasional sebagai salah satu bentuk jalur pendidikan luar sekolah. Kecuali itu pendidikan Islam juga merupakan nama salah satu ilmu keislaman dibidang pendidikan, atau ilmu pendidikan dibidang agama Islam, yang menjadi slah satu kurikulum di fakultas tarbiyah (pendidikan Islam) (Ludjito dkk, 2010:9). 
Syeikh Muhammad Al-Mubarak menyatakan ada empat syarat seseorang untuk dapat menjadi pemimpin. Pertama, memiliki akidah yang benar (akidah salimah). Kedua, memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Ketiga, memili akhlak yang mulia (akhlakul karimah). Keempat, memiliki kecakapan manajerial, memahami ilmu-ilmu administrasi dan menejemen dalam mengatur urusan dunuawi, (Hafidhuddin dan Hendri, 2003: 131).
Dalam memimpin pendidikan Islam dituntut sikap professional dalam menjalankan fungsi kepemimpinan pendidikan Islam. Sifat professional ini digambarkan pada Al-Qur’an surat Al-Isra’: 84, yaitu sebagai berikut:
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَىٰ شَاكِلَتِهِ فَرَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَنْ هُوَ أَهْدَىٰ سَبِيلًا
Arinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”.

Pada ayat diatas, dikemukakan bahwa setiap orang beramal dan berbuat sesuai dengan kemampuan. Artinya, seorang harus bekerja dengan penuh ketekunan dengan mencurahkan seluruh keahliannya. Jika seorang bekerja sesuai dengan kemampuannya, maka akan melahirkan hal-hal yang optimal.
Pimpinan sekolah adalah orang pertama yang bertanggung jawab atas jalannya proses belajar mengajar disekolahnya. Karena pendidikan agama merupakan sub-sistem dari keseluruhan system pendidikan disekolah, maka wajarlah bila pimpinan sekolah menaruh perhatian yang minimal sama dengan perhatiannya terhadap bidang studi lainnya, mengingat bahwa pendidikan agama merupakan substansi yang langsung menyangkut berhasil atau tidaknya mencapai tujuan keimanan dan ketaqwaan (Ludjito dkk, 2010: 33).
Menurut Fathi (2009: 101) ada beberapa karakter yang sangat dibutuhkan dan harus dipenuhi seorang pemimpin pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1.      Hendaknya ia dapat menjadi teladan yang baik .
2.      Seorang pemimpin yang berjiwa pendidik hendaknya ikhlas, juju, tidak materialistis, berilmu, mengetahui prinsip-prinsip pendidikan, dan hendaknya mengetahui masalah-masalah halal dan haram serta mengetahui dasar-dasar etika dan menjadikannya sebagai karakternya.
3.      Hendaknya bermurah hati, berlapang dada dan cermat, sehingga dia akan mampu mengendalikan diri ketika marah, juga tidak mudah terjebak dalam kemarahan dan gegabah. Hendaknya pula ia mempunyai persiapan yang prima untuk menjalankan tugasnya.
4.      Mempergunakan berbagai macam strategi untuk mendidik, yang dapat berupa: pendidikan melalui nasehat; menghubungkan akidah, melalui cerita, pengamatan dan hukuman.

Dari paparan yang telah diuraikan diatas dapat dipahami bahwa banyak kriteria-kriteria yang harus dimiliki pemimpinan pendidikan Islam supaya kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik dan tujuan kepemimpinannya tercapai dan sukses.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ilmuwan Muslim Klasik

Ilmuwan Muslim Klasik Oleh: kelompok 8 (Muhammad Qudrat S. Ahmad Murdani. Nur Habibah. Sumondang Marito H. Jainuddin Dai) A.     Im...